HIKMAH AL-QUR’AN DITURUNKAN SECARA BERANGSUR-ANGSUR
Makalah disusun untuk
memenuhi tugas matakuliah Studi
Al-Qur’an yang dibina Dr. Hj.Sulalah, M.Ag
Disusun
oleh:
Nurani Rahmania (11140100)
Rofiatun Nisa
(11140111)
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Oktober, 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
selalu melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hikmah Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-Angsur”.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Studi Al-Qur’an dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, wawasan,
dan keterampilan mahasiswa.
Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan dari semua pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada Dr. Hj. Sulalah,
M.Ag selaku dosen matakuliah ini yang telah membantu dan memberi pengarahan kepada kami dalam belajar dan mengerjakan tugas dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini kami susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi, kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan dan kekurangan pengetahuan serta minimnya pengalaman yang
dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca pada umumnya. Amin.
Malang,
10 Oktober 2012
Penyusun
|
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang....................................................................................... 1
B. RumusanMasalah.................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Turunnya Al-Qur’an.................................................................. 3
B.
Hikmah Al-Qur’an
DiturunkanSecaraBerangsur-Angsur..................... 4
C.
FaedahTurunnya
Al-Qur’an SecaraBertahapdalamPendidikan
dan Pengajaran...................................................................................... 17
BAB III PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................... 18
B. Kritikdan Saran..................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Turunnya Al-Qur’an ialah peristiwa besar yang
sekaligus merupakan pernyataan kedudukan Al-Qur’an itu sendiri bagi langit dan
penghuni bumi yang mana penyampaian wahyu dengan perantara Malaikat Jibril as. kepada
Nabi akhir zaman berdasarkan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian.
Turunnya Al-Qur’an yang pertama kali pada malam lailatul qodar merupakan pemberitahuan
kepada alam tingkat tinggi (samawi) yang dihuni oleh para malaikat tentang
kemuliaan umat nabi Muhammad, sedangkan turunnya Al-Qur’an yang kedua kali
secara bertahap berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya.
Al-Qur’am
diturukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan perantaraan
Malaikat Jibril, dan caranya tidak sekali turun, tetapi berangsur-angsur dari
se-ayat, dua ayat dan tempo-tempo sampai sepuluh ayat. Bahkan kadang-kadang
diturunkan hanya tiga perkataan, kadang-kadang hanya setengah ayat dan demikian
selanjutnya, menurut kepentingannya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.[1]
Lantas apa hikmahnya? Dalam makalah ini kita
akan membahas tentang hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur agar
kita tidak hanya mengerti proses turunnya saja. Dan kita juga akan membahas tentang faedah turunnya Alqur’an secara bertahap dalam
pendidikan dan pengajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana
proses turunnya Al-Qur’an?
2.
Apa
hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur?
3.
Apa
faedah turunnya Al-Qur’an secara bertahap dalam pendidikan dan pengajaran?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
ditulisnya makalah ini adalah untuk:
1.
Memahami proses turunnya Al-Qur’an
2.
Memahami hikmah Al-Qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur
3.
Memahami faedah turunnya Al-Qur’an secara
bertahap dalam pendidikan dan pengajaran
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Proses Turunnya Al-Qur’an
Dalam pembahasan proses
turunnya Al-Qur’an kali ini, kita hanya akan mengulas sedikit materi
sebelumnya, karena telah dibahas oleh kelompok sebelumnya.
Proses turunnya ada 2 tahap,
yaitu:
1.
Dari Lauhil
Mahfuz ke sama’ (langit) dunia
secara sekaligus pada malam Lailatul
Qadar.
شَهْرُ رَمَضَانَ
الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
Artinya:
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil) (Q.S. Al-Baqarah : 185).
2.
Dari sama’ dunia
ke bumi secara bertahap
Al-Qur’an dalam satu riwayat
diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu dari malam 17 Ramadhan
tahun 41 Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau
tahun 10 H.
Firman Allah dalam surat Al
Isra’:
Artinya :
Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.
Al-Qur’an diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, melalui Malaikat Jibril, tidak secara langsung melainkan
turun sesuai dengan kebutuhan. Sering pula wahyu turun untuk menjawab
pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi atau membenarkan tindakan
Nabi SAW. Banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar
belakang pertanyaan atau kejadian tertentu.
B. Hikmah Al-Qur’an Diturunkan Secara
Berangsur-Angsur
Turunnya Al-Qur’an secara bertahap, tidak hanya
disebabkan karena Al-Qur’an itu lebih besar dari kitab-kitab yang diturunkan
oleh Allah sebelumnya, melainkan ada beberapa hikmah lainnya.[2]
Turunnya
Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu mengandung hikmah yang nyata serta
rahasia mendalam yang hanya diketahui oleh orang-orang yang alim atau pandai.[3]
Dari penjelasan sebelumnya, kita dapat menyimpulkan hikmah turunnya Al-Qur’an
secara berangsur-angsur, diantaranya:
1. Meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW
Ketika berdakwah, Nabi kerap kali berhadapan dengan para
penentang yang memiliki sikap dan watak begitu keras. Meraka
senantiasa mengganggu dengan berbagai macam gangguan dan kekerasan. Mereka senantiasa melemparkan berbagai ancaman dan
gangguan kepada Nabi.
Wahyu
turun kepada Rasulullah dari waktu ke waktu sehingga dapat meneguhkan hatinya
terhadap kebenaran dan memperkokoh zamannya untuk tetap melangkahkan kaki
dijalan dakwahnya tanpa ambil peduli akan perlakuan jahiliyah yang beliau
hadapinya dari masyarakatnya sendiri, karena yang demikian itu hanyalah kabut
dimusim panas yang segera lenyap.[4]
Dalam
surat Al-An’am Allah berfirman:
Artinya:
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.(Al-An’am: 33-34)
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.(Al-An’am: 33-34)
Allah menjelaskan kepada
Rasulullah tentang sunnah-Nya
yang terjadi kepada para nabi terdahulu yang didustakan dan dianiaya oleh kaum
mereka, tetapi mereka tetap bersabar sehingga datang pertolongan Allah. Kaum
Rasulullah itu pada dasarnya, mendustakannya hanya karena kesombongan mereka.
Disini beliau menemukan suatu “Sunnah Ilahi” dalam perjalanan para nabi
sepanjang sejarah, yang dapat menjadi hiburan dan penerang baginya dalam
menghadapi gangguan, cobaan,
dan sikap mereka yang selalu mendustakan dan menolaknya.
Al-Qur’an juga memerintahkan Nabi Muhammad agar bersabar
seperti para rasul sebelumnya,
Artinya:
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu
meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang
diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia)
melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka
tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Al-Ahqaf : 35)
Hati beliau menjadi tenang, sebab Allah telah menjamin
akan melindunginya dari gangguan orang-orang yang mendustakannya, dan setiap
kali penderitaan Rasulullah bertambah karena didustakan oleh kaumnya dan merasa
sedih karena penganiayaan mereka, maka Al-Qur’an turun untuk melepaskan derita dan
menghiburnya serta mengancam orang-orang yang mendustakan bahwa Allah
mengetahui dan akan membalas apa yang mereka lakukan itu.
Contoh lain ayat-ayat Al-Qur’an yang turun sebagai
penenang dan penghibur Rasulullah misalnya:
Artinya:
Hai
Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir.(Q.S.
Al-Maidah:67)
Artinya:
Dan
supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).(Q.S. Al-Fath: 3)
Artinya:
Allah
telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang". Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.(Q.S.Al-Mujadilah: 21)
Demikianlah, ayat-ayat Al-Qur’an itu turun kepada
Rasulullah secara berkesinambungan sebagai penghibur dan pendukung sehingga beliau
tidak dirundung kesedihan dan dihinggapi rasa putus asa. Didalam
kisah para Nabi
itu terdapat teladan baginya. Dalam nasib yang menimpa orang-orang yang
mendustakan terdapat hiburan baginya. Dan dalam janji akan memperoleh pertolongan
Allah terdapat berita gembira baginya. Setiap kali ia merasa sedih sesuai
dengan sifat-sifat kemanusiaannya, ayat-ayat penghibur pun datang berulang
kali, sehingga hatinya mantap untuk melanjutkan dakwah, dan merasa tentram
dengan pertolongan Allah.
2.
Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an
Dalam dakwahnya
nabi seringkali menerima pertanyaan-pertanyaan sulit dari orang-orang kafir
dengan tujuan melemahkan dan menguji kenabian Rasullullah. Maka turunlah
Al-Qur’an yang menjelaskan kebenaran dan jawaban yang amat tegas.
Artinya:
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa)
sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan
yang paling baik penjelasannya ( Al-Furqan: 33)
Turunnya wahyu
secara berangsur-angsur tidak hanya menjawab pertanyaan bahkan menentang mereka untuk membuat satu
surat saja yang sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat
satu surat saja yang seperti Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab.
3.
Meringankan Nabi dalam menerima wahyu
Hal ini karena kedalaman dan kehebatan
Al-Qur’an sebagaimana firman Allah:
Artinya:
Sesungguhnya
Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. (Q.S. Al-Muzzamil: 5)
Al-Qur’an sebagaimana ditegaskan dalam
firman Allah merupakan sabda Allah yang mempunyai keagungan dan keluhuran. Ia
adalah sebuah kitab yang andaikata diturunkan kepada gunung niscaya gunung
tersebut akan hancur dan merata karena begitu hebat dan agungnya kitab
tersebut.[5]
Bagaimana dengan hati Nabi yang begitu lembut, mampukah beliau menerima
Al-Qur’an secara langsung tanpa merasakan kebingungan dan keberatan.
4.
Mempermudah dalam menghafal Al-Qur’an
dan memberi
pemahaman
bagi kaum muslimin
Al-Qur’an pertama kali turun ditengah-tengah
masyarakat yang ummi yakni yang tidak
memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Turunnya wahyu secara
berangsur-angsur memudahkan mereka untuk memahami dan menghapalkannya.[6]
Artinya:
Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q.S.Al-Jumu’ah: 2)
Umat
yang ummi akan kesulitan menghafal jika Al-Qur’an
diturukan sekaligus dan tidak mudah bagi mereka untuk memahami maknanya. Jadi
dengan diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu
merupakan bantuan yang terbaik bagi mereka untuk menghafal dan memahaminya.
Setiap turun satu atau beberapa ayat, para sahabat segera menghafalkannya,
merenungkan maknanya dan mempelajari hukum-hukumnya.
5.
Tadarruj (selangkah demi selangkah) dalam menetapkan hukum samawi
Hikmah yang selanjutnya adalah tadarruj
(berangsur-angsur) dalam penetapan hukum. Hikmah Allah memutuskan demikian ini dengan tujuan
mengalihkan dari beberapa aqidah menjadi satu aqidah, mengeluarkan mereka dari
berhala kepada agama, dari sangkaan dan dugaan kepada kebenaran serta dari
tidak iman menjadi keimanan.[7]
Setelah itu langkah pemantapan dan
pelestarian iman diteruskan dengan ibadah. Ibadah yang mula-mula ditekankan
adalah shalat, yaitu pada masa sebelum hijrah, kemudian diikuti dengan puasa
dan zakat, yaitu pada tahun yang kedua hijrah dan yang terakhir adalah ibadah
haji yaitu pada tahun keenam hijrah.[8]
Demikian pula halnya dengan
kebiasaan yang sudah membudaya dikalangan mereka, Al-Qur’an pun menggunakan
metode yang sama. Pertama-tama dititik beratkan kepada masalah dosa-dosa
besar, kemudian menyusul dosa-dosa kecil (hal-hal yang disepelehkan). Selanjutnya selangkah demi selangkah, mengharamkan perbuatan yang sudah
mendarah daging bagi mereka seperti : khamar, judi, dan riba.
Sebagai contoh yaitu dalam penetapan dalam
kasus pengharaman minuman keras,
a. Tahap pertama
Artinya:
Dan
dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang
baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (An- Nahl 67)
Dalam ayat ini, menyebutkan tentang nikmat
atau karunia Allah. Allah menjelaskan bahwa Dia telah memberi kaunia dua jenis
pohon kepada manusia, yaitu anggur dan kurma. Dan dari keduanya dapat diperoleh
minuman keras dan rezeki yang baik bagi manusia yaitu berupa makanan dan
minuman. Para Ulama sepakat bahwa pemberian predikat baik adalah pada rezeki
bukan pada mabuknya. Dengan demikian, pujian Allah hanya ditujukan pada rezeki
bukan pada mabuknya. Dari perbandingan diatas, orang-orang yang befikir akan
mengetahui perbedaannya dengan jelas.
b. Tahap kedua
Turun firman
Allah.
Artinya:
Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfa'atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan."
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (Q.S. Al-Baqarah: 219)
Dalam ayat ini, membadingkan antara
manfaat khamr seperti kesenangan , kegairahan, atau keuntungan karena
memperdagangkannya, dengan bahaya yang berupa dosa, bahaya kesehatan tubuh,
merusak akal, menghabiskan harta dan membangkitkan dorongan untuk berbuat dosa.
Ayat ini merupakan cara halus untuk menjauhkan khamr dengan menonjolkan
bahayanya.
c.
Tahap ketiga
Dalam tahap ini terdapat larangan tegas berupa
diharamkannya khamr terhadap mereka dalam waktu shalat saja agar mereka sadar
dari mabuknya.
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu
tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci);
sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (Q.S. An-Nisa: 43)
d.
Tahap terakhir
Dalam tahap ini sudah ada larangan tegas dan pasti akan pengharaman
khamr dalam segala waktu.
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud
hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Al-Maidah: 90-91)
Dengan demikian sempurnalah pengharaman Khamr secara
berangsur-angsur. Itulah langkah-langkah dalam penanggulangan penyelewengan
masyarakat yang ditempuh oleh Islam.
6.
Sejalan dengan kisah-kisah yang terjadi dan mengingatkan atas
kejadian-kejadian itu
Al-Qur’an turun berangsur-angsur sesuai dengan
keadaan saat itu sekaligus memperingatkan kesalahan yang dilakukan tepat pada
waktunya. Dengan demikian turunnya Al-Qur’an lebih mudah tertanam dalam hatidan
mendorong orang-orang Islam untuk mengambil pelajaran secara praktis. Bila ada
peersoalan baru, maka turunlah ayat yang sesuai. Bila terjadi kesalahan dan
penyelewengan maka turunlah ayat yang memberi batasan serta pemberitahuan
kepada mereka tentang masalah mana yang harus ditinggalkan dan patut
dikerjakan. Contohnya ketika Perang Hunain, orang Islam bersikan sombong dan
optimis karena jumlah pasukan mereka berlipat ganda melebihi pasukan kafir.
Mereka merasa yakin dapat mengalahkan orang kafir. Namun kenyataan yang terjadi
mereka justru berantakan dan mundur kocar-kacir. Pada peristiwa terbebut Allah
menegaskan:
Artinya:
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan
peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu
menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak
memberi manfa'at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa
sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
Contoh lain dalam permasalahan pengambilan harta tebusan
tawanan dalam perang badar, turunlah ayat pengarahan dari Allah yang begitu
tajam.
Artinya:
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia
dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda
duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S.
Al-Anfal: 67)
Dari dua kisah diatas, kita dapat
menyimpulkan, jika Al-Qur’an diturunkan sekaligus, maka umat Islam tidak akan mengetahui
kesalahan dan menemukan jawaban yang tepat akan permasalahannya.
7.
Petunjuk terhadap asal (sumber) Al-Qur’an bahwasanyan
Al-Qur’an diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi
terpuji
Al-Qur’an yang turun secara berangsur-angsur kepada
Rasulullah dalam waktu yang lebih dari dua puluh tahun ini, ayat-ayatnya turun
dalam waktu-waktu tertentu, orang-orang membacanya dan mengkajinya surat demi
surat. Ketika itu mereka mendapati rangkaiannya
yang tersusun cermat sekali dengan makna yang saling bertaut, dengan gaya
redaksi yang begitu teliti, ayat demi ayat, surat demi surat, yang saling
terjalin bagaikan untaian mutiara yang indah yang belum pernah ada bandingannya
dalam perkataan manusia.
Artinya:
Alif
laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu, (Q.S. Huud: 1)
Hadist-hadist Rasulullah SAW sendiri yang merupakan
puncak kefasihan sesudah Al-Qur’an, tidak mampu membandingi keindahan bahasa
Al-Qur’an, apalagi ucapan dan perkataan manusia biasa.[9]
“Katakanlah; sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak
akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian dari mereka
menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Israa’: 88)
Seperti yang telah dikemukakan oleh oleh Syekh
Muhammad Abdul Azhim Az-Zarqani dalam kitabnya Manahilul Irfan, beliau
mengemukakan secara tegas ”memberi petunjuk terhadap sumber Al-Qur’an bahwa
Al-Qur’an adalah kalm Allah semata, dan bukan merupakan kata-kata nabi Muhammad
atau makhluk lainnya” beliau menjelaskan bahwa: “Kami telah membaca
Al-Qur’an hingga tamat ternyata rangkaian kata-katanya begitu teratur
jalinannya, lembut susunan bahasanya, begitu kuat kaitannya. Satu sama lainnya
saling berhubungan, baik antara satu surat dengan yang lainnya, ayat-ayat yang satu dengan yang lainnya
mampu dilihat dari secara keseluruhan dari mulai alif sampai dengan ya’
mengalir darah kemukjizatannya, seolah-olah Al-Qur’an merupakan suatu gumpalan
yang tidak dapat terpisahkan. Di antara bagian-bagiannya tidak terpisah-pisah,
Al-Qur’an tidak ubahnya bagaikan untaian mutiara atau sepasang kalung yang
menarik perhatian. Huruf-huruf dan kata-kata kalimatnya, dan ayat-ayatnya
tersusun secara sistematis.
Semua makhluk termasuk Nabi Muhammad pun tidak akan
dapat membuat sebuah kitab yang baik dan rapi antara satu dengan yang lainnya,
kokoh rangkaian kalimatnya, saling berkaitan dari awal hingga akhir serta
sesuai susunannya dengan berbagai faktor di luar Kemampuan manusia, yaitu
beberapa peristiwa dan kejadian, yang masing-masing dari uraian kitab ini bisa
mengiringi dan menceritakan kejadian tersebut, sebab demi sebab, faktor demi
faktor sejalan dengan berbagai faktor yang berbeda latar belakangnya padahal
masa penyusunan ini berjauhan dan masa turunya cukup lama.
Usaha untuk menyamai kerapian dan keserasian susunan
Al-Qur’an tidak mungkin dapat berhasil dan bahkan sedikitpun tidak dapat
mendekati pola ini, baik sabda Rasulullah sendiri ataupun perkataan para
sastrawan maupun lainnya. Hal itu tidak mungkin terjadi dan tidak akan terjadi.
Siapa saja yang berusaha ke arah itu, ia akan sia-sia belaka. Oleh karena itu
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur karena merupakan Kalam Allah yang Maha Esa. Itulah
hikmah yang sungguh agung yang secara tegas menunjukkan kepada makhluk-Nya
tentang sumber Al-Qur’an.
C. Faedah Turunnya Al-Qur’an Secara Bertahap
dalam Pendidikan dan Pengajaran
Proses
belajar mengajar itu berlandaskan dua asas: perhatian terhadap tingkat
pemikiran sisiwa dan pengembangan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya dengan apa
yang dapat membawanya kearah kebaikan dan kebenaran.[10]
Dalam hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap itu kita
melihat adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan
perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa dan pengembangan potensi akal, sebab
turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat islam secara bertahap
dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya,
membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya, sehingga jiwa itu
tumbuh dengan tegak di atas pilar-pilar yang kokoh dan mendatangkan buah yang
baik bagi kebaikan umat manusia seluruhnya dengan izin Tuhan.
Pentahapan turunnya Al-Qur’an itu merupakan bantuan yang
paling baik bagi jiwa manusia dalam upaya mengahafal Al-Qur’an, memahami,
mempelajari, memikirkan makna-maknanya da mengamalkan apa yang dikandungnya.
Petunjuk ilahi tentang huikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap merupakan
contoh yang baik dalam menyusun kurikulum pengajaran, memilih metode yang baik
dan menyusun buku pelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Al-Qur’an diturunkan dalam 2 tahap, yaitu :
a.
Dari Lauhil
Mahfuz ke sama’ (langit) dunia
secara sekaligus pada malam Lailatul
Qadar.
b.
Dari sama’ dunia
ke bumi secara bertahap
2.
Ada banyak hikmah Al-Qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur, diantaranya: Meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW, menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an, meringankan
Nabi dalam menerima wahyu, mempermudah
dalam menghafal
Al-Qur’an dan memberi pemahaman bagi
kaum muslimin, Tadarruj (selangkah demi selangkah) dalam menetapkan hukum samawi, sejalan
dengan kisah-kisah yang terjadi dan mengingatkan atas kejadian-kejadian itu, dan petunjuk
terhadap asal (sumber) Al-Qur’an bahwasanyan
Al-Qur’an diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi
terpuji.
3.
Dengan mempelajari cara turunnya Al-Qur’an kita
dapat mengetahui hikmah dan kita dapat menerapkan cara tersebut dalam proses
pembelajaran.
B.
Saran
Kita sudah mengetahui, betapa banyak dan luar biasanya
hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur. Maka tidak perlu
diragukan lagi tentang kebijaksanaan Allah. Dan alangkah baiknya jika kita juga
menerapkan cara-cara tersebut dalam pembelajaran. Karena dengan proses bertahap
maka akan mempermudah kita dan juga anak didik kita.
DAFTAR PUSTAKA
Khalil, Manna al-Qattan. 2012. Pengantar
Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Khalil, Manna al-Qattan. 2011. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Halim
Jaya
Anwar, Rosihon. 2010. Ulum
Al-Quran. Bandung: CV. Pustaka Setia
__________. 2009. Pengantar
Ulumul Quran. Bandung: CV. Pustaka Setia
Ash-Shaabuuniy, M. Ali. 2008. Studi Ilmu Al-Qur’an. Bandung: CV. Pustaka Setia
Syadali, Ahmad dan
Ahmad Rofi’i. 2000. Ulumul Quran I.
Bandung: CV. Pustaka Setia
Al-Abyari, Ibrahim. 1993. Sejarah Al-Qur’an. Semarang: Dina Utama
Chalil, Moenawar.
1952. Al-Qur’an dari Masa ke Masa.
Semarang: C.V. Ramadhani
[3]
Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal 68
[4] Syaikh
Manna’ Al-Qatthan diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni,
Lc. MA, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, hal 134
[6]Prof. Dr.
Rosihon Anwar, M.Ag , Ulumul Qur’an. Hal.
37
[9] Syaikh Manna’ Al-Qatthan diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni,
Lc. MA, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, hal. 147
Tidak ada komentar:
Posting Komentar