Sabtu, 27 Oktober 2012

hikmah turunnya al-Qur'an secara berangsur-angsur

HIKMAH AL-QUR’AN DITURUNKAN SECARA BERANGSUR-ANGSUR

Makalah disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Studi Al-Qur’an yang dibina Dr. Hj.Sulalah, M.Ag








Disusun oleh:
Nurani Rahmania (11140100)
Rofiatun Nisa (11140111)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Oktober, 2012


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hikmah Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-Angsur”.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Studi Al-Qur’an dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan mahasiswa.
Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan dari semua pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada Dr. Hj. Sulalah, M.Ag selaku dosen matakuliah ini yang telah membantu dan memberi pengarahan kepada kami dalam belajar dan mengerjakan tugas dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini kami susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan dan kekurangan pengetahuan serta minimnya pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca pada umumnya. Amin.



Malang, 10 Oktober 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................          i
KATA PENGANTAR ...............................................................................          ii
DAFTAR ISI...............................................................................................          iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang.......................................................................................          1
B.     RumusanMasalah..................................................................................          2
C.     Tujuan...................................................................................................          2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Proses Turunnya Al-Qur’an..................................................................          3
B.     Hikmah Al-Qur’an DiturunkanSecaraBerangsur-Angsur.....................          4
C.     FaedahTurunnya Al-Qur’an SecaraBertahapdalamPendidikan
dan Pengajaran......................................................................................          17
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan...............................................................................................          18
B.     Kritikdan Saran.....................................................................................          18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................          19

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Turunnya Al-Qur’an ialah peristiwa besar yang sekaligus merupakan pernyataan kedudukan Al-Qur’an itu sendiri bagi langit dan penghuni bumi yang mana penyampaian wahyu dengan perantara Malaikat Jibril as. kepada Nabi akhir zaman berdasarkan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian.
Turunnya Al-Qur’an yang pertama kali pada malam lailatul qodar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi (samawi) yang dihuni oleh para malaikat tentang kemuliaan umat nabi Muhammad, sedangkan turunnya Al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya.
Al-Qur’am diturukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan perantaraan Malaikat Jibril, dan caranya tidak sekali turun, tetapi berangsur-angsur dari se-ayat, dua ayat dan tempo-tempo sampai sepuluh ayat. Bahkan kadang-kadang diturunkan hanya tiga perkataan, kadang-kadang hanya setengah ayat dan demikian selanjutnya, menurut kepentingannya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.[1]
 Lantas apa hikmahnya? Dalam makalah ini kita akan membahas tentang hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur agar kita tidak hanya mengerti proses turunnya saja. Dan kita juga akan membahas tentang faedah turunnya Alqur’an secara bertahap dalam pendidikan dan pengajaran.
 
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an?
2.      Apa hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur?
3.      Apa faedah turunnya Al-Qur’an secara bertahap dalam pendidikan dan pengajaran?

C.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk:
1.      Memahami proses turunnya Al-Qur’an
2.      Memahami hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur
3.      Memahami faedah turunnya Al-Qur’an secara bertahap dalam pendidikan dan pengajaran



 BAB III
PEMBAHASAN
A.    Proses Turunnya Al-Qur’an
Dalam pembahasan proses turunnya Al-Qur’an kali ini, kita hanya akan mengulas sedikit materi sebelumnya, karena telah dibahas oleh kelompok sebelumnya.
Proses turunnya ada 2 tahap, yaitu:
1.      Dari Lauhil Mahfuz ke sama’ (langit) dunia secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
Artinya:
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil) (Q.S. Al-Baqarah : 185). 
2.      Dari sama’ dunia ke bumi secara bertahap
Al-Qur’an dalam satu riwayat diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu dari malam 17 Ramadhan tahun 41 Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.
Firman Allah dalam surat Al Isra’:

http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s017/a106.png

Artinya :
Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui Malaikat Jibril, tidak secara langsung melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Sering pula wahyu turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi atau membenarkan tindakan Nabi SAW. Banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian tertentu.
B.     Hikmah Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-Angsur
Turunnya Al-Qur’an secara bertahap, tidak hanya disebabkan karena Al-Qur’an itu lebih besar dari kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah sebelumnya, melainkan ada beberapa hikmah lainnya.[2]
Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu mengandung hikmah yang nyata serta rahasia mendalam yang hanya diketahui oleh orang-orang yang alim atau pandai.[3] Dari penjelasan sebelumnya, kita dapat menyimpulkan hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur, diantaranya:
1.      Meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW
Ketika berdakwah, Nabi kerap kali berhadapan dengan para penentang yang memiliki sikap dan watak begitu keras. Meraka senantiasa mengganggu dengan berbagai macam gangguan dan kekerasan. Mereka senantiasa melemparkan berbagai ancaman dan gangguan kepada Nabi.
Wahyu turun kepada Rasulullah dari waktu ke waktu sehingga dapat meneguhkan hatinya terhadap kebenaran dan memperkokoh zamannya untuk tetap melangkahkan kaki dijalan dakwahnya tanpa ambil peduli akan perlakuan jahiliyah yang beliau hadapinya dari masyarakatnya sendiri, karena yang demikian itu hanyalah kabut dimusim panas yang segera lenyap.[4]

Dalam surat Al-An’am Allah berfirman:
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s006/a033.png

http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s006/a034.png
Artinya:
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.
Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.(Al-An’am: 33-34)
Allah menjelaskan kepada Rasulullah tentang sunnah-Nya yang terjadi kepada para nabi terdahulu yang didustakan dan dianiaya oleh kaum mereka, tetapi mereka tetap bersabar sehingga datang pertolongan Allah. Kaum Rasulullah itu pada dasarnya, mendustakannya hanya karena kesombongan mereka. Disini beliau menemukan suatu “Sunnah Ilahi” dalam perjalanan para nabi sepanjang sejarah, yang dapat menjadi hiburan dan penerang baginya dalam menghadapi gangguan, cobaan, dan sikap mereka yang selalu mendustakan dan menolaknya.
Al-Qur’an juga memerintahkan Nabi Muhammad agar bersabar seperti para rasul sebelumnya,
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s046/a035.png
Artinya:
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Al-Ahqaf : 35)
Hati beliau menjadi tenang, sebab Allah telah menjamin akan melindunginya dari gangguan orang-orang yang mendustakannya, dan setiap kali penderitaan Rasulullah bertambah karena didustakan oleh kaumnya dan merasa sedih karena penganiayaan mereka, maka Al-Qur’an turun untuk melepaskan derita dan menghiburnya serta mengancam orang-orang yang mendustakan bahwa Allah mengetahui dan akan membalas apa yang mereka lakukan itu.
Contoh lain ayat-ayat Al-Qur’an yang turun sebagai penenang dan penghibur Rasulullah misalnya:
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s005/a067.png
            Artinya:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(Q.S. Al-Maidah:67)
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s048/a003.png
Artinya:
Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).(Q.S. Al-Fath: 3)
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s058/a021.png
Artinya:
Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang". Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.(Q.S.Al-Mujadilah: 21)
Demikianlah, ayat-ayat Al-Qur’an itu turun kepada Rasulullah secara berkesinambungan sebagai penghibur dan pendukung sehingga beliau tidak dirundung kesedihan dan dihinggapi rasa putus asa. Didalam kisah para Nabi itu terdapat teladan baginya. Dalam nasib yang menimpa orang-orang yang mendustakan terdapat hiburan baginya. Dan dalam janji akan memperoleh pertolongan Allah terdapat berita gembira baginya. Setiap kali ia merasa sedih sesuai dengan sifat-sifat kemanusiaannya, ayat-ayat penghibur pun datang berulang kali, sehingga hatinya mantap untuk melanjutkan dakwah, dan merasa tentram dengan pertolongan Allah.
2.      Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an
Dalam dakwahnya nabi seringkali menerima pertanyaan-pertanyaan sulit dari orang-orang kafir dengan tujuan melemahkan dan menguji kenabian Rasullullah. Maka turunlah Al-Qur’an yang menjelaskan kebenaran dan jawaban yang amat tegas.
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s025/a033.png
            Artinya:
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya ( Al-Furqan: 33)
Turunnya wahyu secara berangsur-angsur tidak hanya menjawab pertanyaan bahkan menentang  mereka untuk membuat satu surat saja yang sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat satu surat saja yang seperti Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab.
3.      Meringankan Nabi dalam menerima wahyu
Hal ini karena kedalaman dan kehebatan Al-Qur’an sebagaimana firman Allah:
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s073/a005.png
            Artinya:
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. (Q.S. Al-Muzzamil: 5)
Al-Qur’an sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah merupakan sabda Allah yang mempunyai keagungan dan keluhuran. Ia adalah sebuah kitab yang andaikata diturunkan kepada gunung niscaya gunung tersebut akan hancur dan merata karena begitu hebat dan agungnya kitab tersebut.[5] Bagaimana dengan hati Nabi yang begitu lembut, mampukah beliau menerima Al-Qur’an secara langsung tanpa merasakan kebingungan dan keberatan.
4.      Mempermudah dalam menghafal Al-Qur’an dan memberi pemahaman bagi kaum muslimin
Al-Qur’an pertama kali turun ditengah-tengah masyarakat yang ummi yakni yang tidak memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Turunnya wahyu secara berangsur-angsur memudahkan mereka untuk memahami dan menghapalkannya.[6]
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s062/a002.png
           
Artinya:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q.S.Al-Jumu’ah: 2)
                        Umat yang ummi  akan kesulitan menghafal jika Al-Qur’an diturukan sekaligus dan tidak mudah bagi mereka untuk memahami maknanya. Jadi dengan diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu merupakan bantuan yang terbaik bagi mereka untuk menghafal dan memahaminya. Setiap turun satu atau beberapa ayat, para sahabat segera menghafalkannya, merenungkan maknanya dan mempelajari hukum-hukumnya.
5.      Tadarruj (selangkah demi selangkah) dalam menetapkan hukum samawi
Hikmah yang selanjutnya adalah tadarruj (berangsur-angsur) dalam penetapan hukum. Hikmah Allah memutuskan demikian ini dengan tujuan mengalihkan dari beberapa aqidah menjadi satu aqidah, mengeluarkan mereka dari berhala kepada agama, dari sangkaan dan dugaan kepada kebenaran serta dari tidak iman menjadi keimanan.[7]
Setelah itu langkah pemantapan dan pelestarian iman diteruskan dengan ibadah. Ibadah yang mula-mula ditekankan adalah shalat, yaitu pada masa sebelum hijrah, kemudian diikuti dengan puasa dan zakat, yaitu pada tahun yang kedua hijrah dan yang terakhir adalah ibadah haji yaitu pada tahun keenam hijrah.[8]
Demikian pula halnya dengan kebiasaan yang sudah membudaya dikalangan mereka, Al-Qur’an pun menggunakan metode yang sama. Pertama-tama dititik beratkan kepada masalah dosa-dosa besar, kemudian menyusul dosa-dosa kecil (hal-hal yang disepelehkan). Selanjutnya  selangkah demi selangkah, mengharamkan perbuatan yang sudah mendarah daging bagi mereka seperti : khamar, judi, dan riba.
Sebagai contoh yaitu dalam penetapan dalam kasus pengharaman minuman keras,
a.       Tahap pertama
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s016/a068.png
Artinya:
Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (An- Nahl 67)
Dalam ayat ini, menyebutkan tentang nikmat atau karunia Allah. Allah menjelaskan bahwa Dia telah memberi kaunia dua jenis pohon kepada manusia, yaitu anggur dan kurma. Dan dari keduanya dapat diperoleh minuman keras dan rezeki yang baik bagi manusia yaitu berupa makanan dan minuman. Para Ulama sepakat bahwa pemberian predikat baik adalah pada rezeki bukan pada mabuknya. Dengan demikian, pujian Allah hanya ditujukan pada rezeki bukan pada mabuknya. Dari perbandingan diatas, orang-orang yang befikir akan mengetahui perbedaannya dengan jelas.
b.      Tahap kedua
Turun firman Allah.

http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s002/a219.png
            Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa'atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (Q.S. Al-Baqarah: 219)
Dalam ayat ini, membadingkan antara manfaat khamr seperti kesenangan , kegairahan, atau keuntungan karena memperdagangkannya, dengan bahaya yang berupa dosa, bahaya kesehatan tubuh, merusak akal, menghabiskan harta dan membangkitkan dorongan untuk berbuat dosa. Ayat ini merupakan cara halus untuk menjauhkan khamr dengan menonjolkan bahayanya.
c.       Tahap ketiga
Dalam tahap ini terdapat larangan tegas berupa diharamkannya khamr terhadap mereka dalam waktu shalat saja agar mereka sadar dari mabuknya.
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s004/a043.png
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (Q.S. An-Nisa: 43)
d.      Tahap terakhir
Dalam tahap ini sudah ada larangan tegas dan pasti akan pengharaman khamr dalam segala waktu.
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s005/a091.png

http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s005/a090.png


Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Al-Maidah: 90-91)
Dengan demikian sempurnalah pengharaman Khamr secara berangsur-angsur. Itulah langkah-langkah dalam penanggulangan penyelewengan masyarakat yang ditempuh oleh Islam.
6.      Sejalan dengan kisah-kisah yang terjadi dan mengingatkan atas kejadian-kejadian itu
Al-Qur’an turun berangsur-angsur sesuai dengan keadaan saat itu sekaligus memperingatkan kesalahan yang dilakukan tepat pada waktunya. Dengan demikian turunnya Al-Qur’an lebih mudah tertanam dalam hatidan mendorong orang-orang Islam untuk mengambil pelajaran secara praktis. Bila ada peersoalan baru, maka turunlah ayat yang sesuai. Bila terjadi kesalahan dan penyelewengan maka turunlah ayat yang memberi batasan serta pemberitahuan kepada mereka tentang masalah mana yang harus ditinggalkan dan patut dikerjakan. Contohnya ketika Perang Hunain, orang Islam bersikan sombong dan optimis karena jumlah pasukan mereka berlipat ganda melebihi pasukan kafir. Mereka merasa yakin dapat mengalahkan orang kafir. Namun kenyataan yang terjadi mereka justru berantakan dan mundur kocar-kacir. Pada peristiwa terbebut Allah menegaskan:
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s009/a025.png
Artinya:
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa'at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
Contoh lain dalam permasalahan pengambilan harta tebusan tawanan dalam perang badar, turunlah ayat pengarahan dari Allah yang begitu tajam.

http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s008/a067.png
Artinya:
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S. Al-Anfal: 67)
Dari dua kisah diatas, kita dapat menyimpulkan, jika Al-Qur’an diturunkan sekaligus, maka umat Islam tidak akan mengetahui kesalahan dan menemukan jawaban yang tepat akan permasalahannya.

7.      Petunjuk terhadap asal (sumber) Al-Qur’an bahwasanyan Al-Qur’an diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi terpuji
Al-Qur’an yang turun secara berangsur-angsur kepada Rasulullah dalam waktu yang lebih dari dua puluh tahun ini, ayat-ayatnya turun dalam waktu-waktu tertentu, orang-orang membacanya dan mengkajinya surat demi surat. Ketika itu mereka mendapati rangkaiannya yang tersusun cermat sekali dengan makna yang saling bertaut, dengan gaya redaksi yang begitu teliti, ayat demi ayat, surat demi surat, yang saling terjalin bagaikan untaian mutiara yang indah yang belum pernah ada bandingannya dalam perkataan manusia.
http://www.alquran-indonesia.com/images/alquran/s011/a001.png
            Artinya:
Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, (Q.S. Huud: 1)
Hadist-hadist Rasulullah SAW sendiri yang merupakan puncak kefasihan sesudah Al-Qur’an, tidak mampu membandingi keindahan bahasa Al-Qur’an, apalagi ucapan dan perkataan manusia biasa.[9]
“Katakanlah; sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian dari mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Israa’: 88)
Seperti yang telah dikemukakan oleh oleh Syekh Muhammad Abdul Azhim Az-Zarqani dalam kitabnya Manahilul Irfan, beliau mengemukakan secara tegas ”memberi petunjuk terhadap sumber Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an adalah kalm Allah semata, dan bukan merupakan kata-kata nabi Muhammad atau makhluk lainnya” beliau menjelaskan bahwa: “Kami telah membaca Al-Qur’an hingga tamat ternyata rangkaian kata-katanya begitu teratur jalinannya, lembut susunan bahasanya, begitu kuat kaitannya. Satu sama lainnya saling berhubungan, baik antara satu surat dengan yang  lainnya, ayat-ayat yang satu dengan yang lainnya mampu dilihat dari secara keseluruhan dari mulai alif sampai dengan ya’ mengalir darah kemukjizatannya, seolah-olah Al-Qur’an merupakan suatu gumpalan yang tidak dapat terpisahkan. Di antara bagian-bagiannya tidak terpisah-pisah, Al-Qur’an tidak ubahnya bagaikan untaian mutiara atau sepasang kalung yang menarik perhatian. Huruf-huruf dan kata-kata kalimatnya, dan ayat-ayatnya tersusun secara sistematis.
Semua makhluk termasuk Nabi Muhammad pun tidak akan dapat membuat sebuah kitab yang baik dan rapi antara satu dengan yang lainnya, kokoh rangkaian kalimatnya, saling berkaitan dari awal hingga akhir serta sesuai susunannya dengan berbagai faktor di luar Kemampuan manusia, yaitu beberapa peristiwa dan kejadian, yang masing-masing dari uraian kitab ini bisa mengiringi dan menceritakan kejadian tersebut, sebab demi sebab, faktor demi faktor sejalan dengan berbagai faktor yang berbeda latar belakangnya padahal masa penyusunan ini berjauhan dan masa turunya cukup lama.
Usaha untuk menyamai kerapian dan keserasian susunan Al-Qur’an tidak mungkin dapat berhasil dan bahkan sedikitpun tidak dapat mendekati pola ini, baik sabda Rasulullah sendiri ataupun perkataan para sastrawan maupun lainnya. Hal itu tidak mungkin terjadi dan tidak akan terjadi. Siapa saja yang berusaha ke arah itu, ia akan sia-sia belaka. Oleh karena itu Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur karena merupakan Kalam Allah yang Maha Esa. Itulah hikmah yang sungguh agung yang secara tegas menunjukkan kepada makhluk-Nya tentang sumber Al-Qur’an.

C.    Faedah Turunnya Al-Qur’an Secara Bertahap dalam Pendidikan dan Pengajaran
Proses belajar mengajar itu berlandaskan dua asas: perhatian terhadap tingkat pemikiran sisiwa dan pengembangan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya dengan apa yang dapat membawanya kearah kebaikan dan kebenaran.[10]
Dalam hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap itu kita melihat adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa dan pengembangan potensi akal, sebab turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya, sehingga jiwa itu tumbuh dengan tegak di atas pilar-pilar yang kokoh dan mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia seluruhnya dengan izin Tuhan.
Pentahapan turunnya Al-Qur’an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia dalam upaya mengahafal Al-Qur’an, memahami, mempelajari, memikirkan makna-maknanya da mengamalkan apa yang dikandungnya. Petunjuk ilahi tentang huikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap merupakan contoh yang baik dalam menyusun kurikulum pengajaran, memilih metode yang baik dan menyusun buku pelajaran.




 BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Al-Qur’an diturunkan dalam 2 tahap, yaitu :
a.       Dari Lauhil Mahfuz ke sama’ (langit) dunia secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar.
b.      Dari sama’ dunia ke bumi secara bertahap
2.      Ada banyak hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, diantaranya: Meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW, menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an, meringankan Nabi dalam menerima wahyu, mempermudah dalam menghafal Al-Qur’an dan memberi pemahaman bagi kaum muslimin, Tadarruj (selangkah demi selangkah) dalam menetapkan hukum samawi, sejalan dengan kisah-kisah yang terjadi dan mengingatkan atas kejadian-kejadian itu, dan petunjuk terhadap asal (sumber) Al-Qur’an bahwasanyan Al-Qur’an diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi terpuji.
3.      Dengan mempelajari cara turunnya Al-Qur’an kita dapat mengetahui hikmah dan kita dapat menerapkan cara tersebut dalam proses pembelajaran.

B.     Saran
Kita sudah mengetahui, betapa banyak dan luar biasanya hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur. Maka tidak perlu diragukan lagi tentang kebijaksanaan Allah. Dan alangkah baiknya jika kita juga menerapkan cara-cara tersebut dalam pembelajaran. Karena dengan proses bertahap maka akan mempermudah kita dan juga anak didik kita.



DAFTAR PUSTAKA

Khalil, Manna al-Qattan. 2012. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Khalil, Manna al-Qattan. 2011. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Halim Jaya
Anwar, Rosihon. 2010. Ulum Al-Quran. Bandung: CV. Pustaka Setia
__________. 2009. Pengantar Ulumul Quran. Bandung: CV. Pustaka Setia
Ash-Shaabuuniy, M. Ali. 2008. Studi Ilmu Al-Qur’an. Bandung: CV. Pustaka Setia
Syadali, Ahmad dan Ahmad Rofi’i. 2000. Ulumul Quran I. Bandung: CV. Pustaka Setia
Al-Abyari, Ibrahim. 1993. Sejarah Al-Qur’an. Semarang: Dina Utama
Chalil, Moenawar. 1952. Al-Qur’an dari Masa ke Masa. Semarang: C.V. Ramadhani



[1] H. Moenawar Chalil. Al-Qur’an dari masa ke masa. Hal. 9
[2] Drs. H. Ahmad Syadali, M. A. dan Drs. H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran I, hal. 59
[3] Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal 68
[4] Syaikh Manna’ Al-Qatthan diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, hal 134
[5]Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal. 73
[6]Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag , Ulumul Qur’an. Hal. 37
[7] Ibrahim Al-Abyari, Sejarah Al-Qur’an, hal. 64
[8] Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal. 74
[9] Syaikh Manna’ Al-Qatthan diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, hal. 147
[10] Manna’ Al-Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu  Al-Qur’an, hal 175

Tidak ada komentar:

Posting Komentar